0

Makalah Kesehatan Lingkungan Pemukiman

Posted in ,



Gambar:Ilustrasi pemukiman.www.anneahira.com
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Permukiman kumuh dinyatakan oleh Sadyohutomo (2008), yaitu tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota yang penghuninya umumnya berasal dari para migran luar daerah. Sebagian dari permukiman ini merupakan permukiman yang ilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpa seijin pemegang hak tanah sehingga disebut sebagai permukiman liar (wild occupation atau squatter settlement). Tanah-tanah yang diduduki secara liar ini adalah tanah-tanah pemerintah atau negara, misalnya sempadan sungai, sempadan pantai, dan tanah instansi yang tidak terawat.
Penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut (Sadyohutomo, 2008):
1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan yang cukup
2. Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun prasarana (terutama jalan) pada daerah perkembangan permukiman baru. Seiring dengan kebutuhan perumahan yang meningkat maka masyarakat secara swadaya memecah bidang tanah dan membangun permukiman tanpa didasari perencanaan tapak (site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan tata letak kaveling tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana dasar permukiman.
Menurut Avelar et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh mempunyai kondisi perumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuran unit perumahan relatif kecil, atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan dinding. Karakteristik pemukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah, sehingga terlihat kotor. Tidak jarang pula pemukiman kumuh terdapat di daerah yang secara berkala mengalami banjir (Rebekka, 1991).
Menurut Dinas Tata Kota DKI Jakarta, kawasan kumuh dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria yaitu kepadatan penduduk eksisting, tata letak bangunan, keadaan konstruksi, ventilasi, kepadatan bangunan, keadaan jalan, drainase, pemakaian air bersih, pembuangan limbah manusia, dan pembuangan sampah.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa atau daerah ke kota. Urbanisasi terjadi karena adanya anggapan bahwa kota adalah tempat untuk mengubah nasib, tempat untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan tempat untuk mencari kesenangan. Urbanisasi merupakan salah satu indikator dari tingkat kemajuan ekonomi suatu negara atau wilayah. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk.
Faktor penyebab terjadinya urbanisasi adalah :
1.    Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah.
2.    Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap.
3.    Banyak lapangan pekerjaan di kota.
4.    Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng.
5.    Pengaruh buruk sinetron Indonesia.
6.    Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
Sedangkan faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah sebagai berikut :
1.    Lahan pertanian yang semakin sempit.
2.    Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya.
3.    Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa.
4.    Terbatasnya sarana dan prasarana di desa.
5.    Diusir dari desa asal.
6.    Memiliki impian kuat menjadi orang kaya.

B.       Rumusan masalah
1.      Bagaimana kondisi fisik, sosial ekonomi penghuni dan lingkungkungan pemukiman kumuh?
2.      Bagaimana solusi atau masalah di pemukiman kumuh?.
3.      Bagaimana mengatasi berbagai masalah sosial kesehatan dan lingkungan hidup yang berkembang di pemukiman kumuh?
4.      Bagaimana usaha perbaikan pemukiman kumuh?
5.      Bagaimana karakteristik dan pola penanganan kawasan kumuh?
C.        Tujuan
1.  Untuk mengetahui dari kondisi fisik, sosial ekonomi penghuni dan lingkungan pemukiman kumuh didaerah bantaran sungai bengawan solo.
2.  Untuk mengetahui solusi dari masalah di pemukiman kumuh.
3.  Untuk mengatasi berbagai masalah sosial kesehatan dan lingkungan hidup yang berkembang di pemukiman kumuh di DKI Jakarta.
4.  Untuk mengetahui  bagaimana hasil perbaikan pemukiman kumuh di DKI Jakarta.
5.  Agar megetaui karakteristik kawasan kumuh di kota bau-bau.



Bab ii
Pembahasan
A.      PEMBAHASAN
1.    Kondisi Fisik Perumahan
'  Sebagian besar rumah masih manggunakan dinding bambu dan lantai semen serta bukaan yang sangat minim.
'  Sebagian besar rumah belum mempunyai fungsi ruang yang jelas sehingga bagian teras rumah mereka dijadikan tempat usaha kecil-kecilan.
'  Kondisi rumah dapat dikategorikan dalam bangunan permanen, semipermanen, dan non permanen. Namun didominasi oleh rumah-rumah non permanen. Setiap rumah rata-rata memiliki luasan 20m2, dan di tempati 4-6 orang anggota keluarga ( 3-5m2 per orang).
'  Setiap lahan, 70-80% dimanfaatkan untuk membangun rumah.
'  Sering terjadi banjir yang merupakan luapan dari Bengawan Solo pada musim-musim penghujan,Rumah-rumah yang ada dipinggir jalan lingkungan tidak memiliki halaman, karena langsung berbatasan dengan jalan tersebut.
'  Hampir setiap rumah sudah dilengkapi dengan kamarmandi.
2.    Kondisi Fisik Lingkungan
'  Kondisi jalan rata-rata berlubang dengan lebar 2m dan 3m untuk jalan lingkungan, terbuat dari semen, berhimpit dengan rumah-rumah penduduk sekaligus berfungsi sebagai arena bermain anak-anak.
'  Ketersediaan Air bersih di lingkungan ini berasal dari sumur pompa. Dimana setiap pompa digunakan secara bersama-sama oleh kurang lebih 8 kepala keluarga. Air bersih dari PDAM belum dapat menjangkau semua rumah penduduk yang ada di RW 6 dan RW 8.
'  Ketersediaan Jaringan air kotoryang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa sarana pembuangan limbah dengan membuat lubang di belakang rumah. Sedangkan pembuangan air ko tor yang berasal dari WC langsung dialirkan ke sungai.
'  Ketrsediaaan jaringan listrik dan telpon Jaringan listrik sudah tersedia, namun tidak semua keluarga memiliki Jaringan telepon sebenarnya sudah tersedia pada kedua RW ini, namun pada daerah bantaran masyarakat belum mampu memilikinya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.
'  Pembuangan sampah Jaringan listrik sudah tersedia, namun tidak semua keluarga memiliki Jaringan telepon sebenarnya sudah tersedia pada kedua RW ini, namun pada daerah bantaran masyarakat belum mampu memilikinya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan
'  Lingkungan yang kotor, becek, sanitasi yang buruk, bangunan yang semrawut, penampilan yang jorok, sumur yang tercemar, kepadatan bangunan dan hunian yang tinggi, penggunaan bahan bangunan bekas dan murahan, dan sebagainya, merupakan gambaran umum yang dikaitkan dengan eksistensi rumah kumuh. (ARRIZAL & SUPRIADI RAHIM).
3.    Akibat kekumuhan pada pemukiman
1.  Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2.  Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruanganya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3.  Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4.  Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas,
Distribusi Permintaan Produk Sosial Lingkungan Hidup
Kelompok Sasaran
Bantaran Sungai
Gang sempit
Tepian Rel KA

Kebersihan lingkungan
Pengaturan warga pendatang
Program air bersih


Disiplin lingkungan
MCK umum

Penanganan sampah

MCK dan toilet



Perbaikan selokan



Sampah

Penanganan sampah
DM, dan air brsih
Penghijauan
Kondisi rumah yang mereka tempati termasuk kategori rumah yang tidak layak huni. Luas satu unit bangunan ±15 m2, dinding bangunannya terbuat dari seng, papan, triplek, dan sebagian dari tembok. Lantai terbuat dari plesteran semen dan difinishing dengan karpet plastik. Untuk atap bangunan menggunakan atap genting dan seng.
1.   Factor-faktor yang mengakibatkan kekumuhan yaitu :


A  Lingkungan Sekitar Pemukiman.
A  Kondisi Jalan.
A  Kerapatan Bangunan.
A  Ruang Terbuka
A  Sanitasi


(Indra & zulkarnain)
4.    Faktor Prasarana dan Sarana Dasar dan faktir social budaya.
Secara umum karakteristik permukiman kumuh diwarnai juga oleh tidakmemadainya kondisi sarana dan prasarana dasar seperti halnya suplai air bersih, jalan,drainase, jaringan sanitasi, listrik, sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka,pasar dan sebaginya. Bahkan hampir sebagian besar rumah tangga di lingkungan permukiman kumuh ini mampunyai akses yang sangat terbatas terhadap pelayanan saranadan prasarana dasar tersebut.
Faktor Sosial Budaya Permukiman kumuh juga sering ditandai oleh tingkat pendidikan dan keterampilanyang sangat rendah. Pada umumnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah inisangat erat dengan rendahnya tingkat pedapatan penduduk sehingga mambatasi aksesterhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. (danu)

B.     Aspek kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang “Kesehatan” ditegaskan, bahwa kesehatan lingkungan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi lingkungan pada tempat tinggal maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya berupa fisik, kimia atau biologis termasuk perubahan perilaku yang diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
ISPA (Penyakit infeksi saluran pernafasan) di Indonesia masih tergolong dalam penyakit-penyakit utama penyebab kematian. Penyakit ini sering terdapat di lingkungan pemukiman kumuh dengan penduduk yang padat dan miskin. Dimana dalam pemukiman kumuh biasanya sejumlah anggota keluarga menempati satu rumah kecil dengan ventilasi dan pencahayaan yang tidak memadai serta tidak adanya kamar tidur dan dapur yang terpisah dari ruangan lainnya, sehingga ruangan menjadi lembab. Kondisi seperti ini menyebabkan tingkat kepadatan kuman menjadi tinggi dan kross infeksi meningkat (Depkes RI, 1999).
TBC masih merupakan salah satu penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah yang masih sering ditemukan di Indonesia. Penyakit ini terutama menyerang golongan masyarakat menengah ke bawah. Tetapi ada trend juga menyerang golongan masyarakat menengah ke atas, yang merupakan bagian dari penyakit – penyakit yang timbul pada AIDS. Penularan lebih cepat terjadi pada mereka yang hidup di lingkungan yang kumuh dan dengan rumah yang memiliki sirkulasi/ventilasi udara yang sangat buruk. (Depkes RI, 2002).

C.   Solusi
Jadi solusi yang kami tawarkan agar tetap menjaga pemukiman kumuh yang baik yaitu antara lain :
A  Perbaikan pada kamar mandi yang berada di lokasi pemukiman dengan menyediakan WC dan bak mandi.
A  Perbaikan pada bangunan menggunakan bahan bangunan yang ekonomis tetapi secara konstruksi dapat menahan beban yang ada.
A  Perbaikan pada lingkungan dengan cara penataan penghijauan di ruang terbuka.
A  Pembuatan mesin air, sehingga masyarakat tidak perlu lagi menggunakan pompa air.
A  Pembuatan septicktank.
A  Perbaikan pengolahan sampah agar tidak merusak lingkungan.
A  Perbaikan sanitasi dan drainase.
A  Perbaikan jalan di pemukiman.

Bab iii
Penutup
A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil beberapa penelitian dan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa factor perumahan, langkungan serta sarana dan prasarana dapat dilihat dari Rendahnya kemampuan pelayanan sarana dan prasarana dasar dalam penanganan permukiman kumuh pada umumnya disebabkan kemampuan pemerintah yang sangat terbatas dalam pengadaan serta pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman, kemampuan dan kapasitas serta kesadaran masyarakat juga terbatas pula. Bahkan juga disebabkan pula oleh terbatasnya peran berbagai lembaga maupun individu atau pihak diluar pemerintah, baik secara profesional atau sukarela dalam peningkatan permasalahan sarana dan prasarana dasar.
Pemerintah harus menjadi motor dalam menentukan kebijakan untuk menangani permukiman kumuh tersebut. Walaupun masyarakat tetap harus dilibatkan dalam setiap kegiatan penanganan permukiman, tetapi keterlibatan masyarakat hanya pada tataran aplikasi di lapangan. Oleh karena itu masyarakat perlu diberikan pelatihan sehingga mampu memberikan konstribusi yang besar dalam proses pelaksanaan di lapangan.Untuk mendukung proses pemulihan permukiman kumuh tersebut, maka diperlukan akses bantuan kepada masyarakat sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik karena didukung dana yang cukup.
B.     saran
Disarankan bahwa :
A  Sebaiknya pemerintah megembangkaan dan memfasilitasi UKM (Usaha Kecil Masyarakat) bagi pengembang usaha kecil di berbagai kawasan pemukiman kumuh dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat.
A  Juga Perlu dilakukan program Konsolidasi Lahan di berbagai kawasan pemukiman kumuh, terutama bagi lahan-lahan yang tidak layak untuk dijadikan tempat hunian.
A  Serta bagaimana untuk mengembangkan dan optimalisasi sarana dan prasarana.
DAFTAR PUSTAKA

1.    ARRIZAL, Murtanti Jani Rahayu dan Rutiana, 2007.Strategi Perencanaan Pembangunan Permukiman Kumuh.Jurnal Gema Teknik. Hal 1-8.
2.    SUPRIADI RAHIM, Ngaka Putu Sueca, 2004. Pemukiman kumuh masah atau solusi. Jurnal pemukiman natah. Hal 1-4.
3.    ZULKARNAIN S, Wahyuni Pudjiastuti, 2002. Strategi Mengatasi Masalah Kesehatan Dan Lingkungan Hidup Di Pemukiman Kumuh Lewat Program Pemasaran Sosial. Jurnal Makara, Sosial Humaniora. Hal 1-6.
4.    INDRA ALAMSYAH, Sri Kurniasih, Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh Di Petukangan Utara-Jakarta Selatan. Teknik Arsitektur Universitas Budi Luhur. Hal 1-10.
5.    DANU SUYA PERMADI, Ishak Kadir,  2010. Studi karakteristik dan pola penanganan kawasan kumuh kota bau-bau. Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo. Hal 1-9.

0 komentar: